🐵 Cara Membuat Pakan Cacing Lumbricus
Situsini bertujuan mempermudah para pengecer, penjual, dan peternak, bahkan pemancing dalam mendapatkan cacing Lumbricus Rubelus yang dinkeal sebagai cacing kosmetik. Mr.Lumbricus (Jakarta Selatan) Cara Membuat Vermicompost Tea (Teh Kascing) Cara Membuat Pakan Ikan Lele. FORUM JUAL BELI. Cara Membuat Obat Tifus dari Cacing Tanah
Cara mudah Budidaya Cacing Tanah Jenis Lumbricus Rebulus Untuk Pakan Ikan, Pengolahan Sampah, dan Pupuk Organik Kascing. Kascing yang dihasilkan adalah Pupuk Kompos terbaik bagi tanaman. Pada video kali ini kita mulai dari persiapan awal, dari media cacing sampai penebaran indukan cacing didasari biaya produksi dan perawatan yang murah, perawatannyapun sangat mudah. Dan tidak memerlukan lahan yang harus luas. Budidaya cacing tanah bisa memanfaatkan lahan sempit sekalipun. Cara Ternak cacing tanah bagi pemula dan sederhana ini diharapkan bisa menjadi inspirasi kita semua yaCara Pemberian Pakan Cacing Tanah dari Sisa DapurSayuran Dapur sebagai Pakan Alternatif IkanCara Membuat Pakan Cacing Tanah dengan FermentasiSilahkan tonton video dibawah, jangan lupa subscribe, like, share dan comment ya Tag Andaru Bhumi, bekas cacing, Beternak Cacing Tanah Jenis Lumbricus Rebulus Untuk Pakan Ikan, Budidaya Cacing, budidaya cacing lumbricus rubellus, cacing tanah, cara budidaya cacing tanah, cara membuat pupuk organik, cara ternak cacing tanah, kascing, kompos terbaik, panduan budidaya cacing tanah, Pengolahan Sampah, persiapan awal budidaya cacing, pupuk kascing, pupuk kompos, pupuk organik cair, ternak cacing, ternak cacing biaya murah, ternak cacing tanahNavigasi pos
CaraFermentasi Pakan Untuk Cacing Tanah (Cacing Lumbricus) : 1. Campurkan probiotik 1 tutup botol untuk 10 liter air. 2. Tambahkan air cucian beras (1 liter) atau air kelapa (1 liter) atau molase/tetes tebu (100 ml). Pilih salah satu atau semuanya juga bagus. 3. Jika ada, tambahkan ragi tape 1 butir atau ragi tempe 1 sendok makan. 4.Merjosari Village in Malang, which used to be still an agricultural area, has gradually narrowed due to the large number of housing developments by developers. This has an impact on reduced agricultural output, especially chili and tomatoes. Farmers and laborers are unemployed because of the decreasing number of their agricultural lands. The program aims to provide training on the use of mushroom waste in the form of grajen into worm breeding media, program implementation methods by providing outreach programs, training, and providing worm culture facilities and infrastructure for farmers. The results of the program show that farmers and laborers in Merjosari Village can carry out their own cultivation of the lumbricus rubellus worm by utilizing mushroom baglog waste grajen. The results of the worm cultivation can be sold in the form of worms that can be used as animal feed, birds / poultry, fish, shrimp and so on, the basic ingredients of cosmetics and medicines, and worm feces vermicompost used for high-quality organic fertilizers, especially for plants such as flowers and fruit. For farmers and other communities, this program can create self-employment opportunities entrepreneurship, improve the economy and family welfare, participate in maintaining the balance of ecosystems and the environment. DOI Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ABDIMAS Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Juli 2020, 93-104p-ISSN 2721-138X e-ISSN 2548-7159 Cacing Lumbricus Rubellus dengan MediaLimbah Jamur sebagai Bahan Dasar Kosmetik dan Obat-ObatanSari Yuniarti1, Sunarjo2, Laksni Sedyowati31Departemen Diploma III Perbankan dan Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 2Departemen Hukum, Fakultas Hukum,3Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Merdeka MalangJl. Terusan Raya Dieng Malang, 65146, IndonesiaLPPMUNMERMALANGARTICLE INFOReceived 2020-04-10 Revised 2020-05-20 Accepted 2020-06-02KeywordsFarmers and laborers;Lumbricus rubellusworm; Mushroombaglog wasteHow to cite Yuniarti, S., Sunarjo, & Sedyowati, L. 2020. Budidaya Cacing Lumbricus Rubellus dengan Media LimbahJamur sebagai Bahan Dasar Kosmetik dan Obat-Obatan. Abdimas Jurnal Pengabdian Masyarakat Universi-tas Merdeka Malang, 52, 93-104. Village in Malang, which used to be still an agricultural area, has graduallynarrowed due to the large number of housing developments by developers. This has animpact on reduced agricultural output, especially chili and tomatoes. Farmers and laborersare unemployed because of the decreasing number of their agricultural lands. The programaims to provide training on the use of mushroom waste in the form of grajen into wormbreeding media, program implementation methods by providing outreach programs, train-ing, and providing worm culture facilities and infrastructure for farmers. The results of theprogram show that farmers and laborers in Merjosari Village can carry out their own cultiva-tion of the lumbricus rubellus worm by utilizing mushroom baglog waste grajen. Theresults of the worm cultivation can be sold in the form of worms that can be used as animalfeed, birds / poultry, fish, shrimp and so on, the basic ingredients of cosmetics and medi-cines, and worm feces vermicompost used for high-quality organic fertilizers, especiallyfor plants such as flowers and fruit. For farmers and other communities, this program cancreate self-employment opportunities entrepreneurship, improve the economy and familywelfare, participate in maintaining the balance of ecosystems and the environment.© 2020 Published by University of Merdeka is an open access article distributed under the CC BY-SA license PENDAHULUANDesa Merjosari Kecamatan Lowokwaru merupakan salah satu desa di Kota Malang yang kebanyakanpenduduknya bekerja sebagai petani sayuran dan buruh tani, karena lahan di desa ini sangat cocok untukditanami berbagai sayuran seperti cabai, tomat, bawang, kubis, dan lain sebagainya. Sebelumnya kehidupanpara petani dan buruh tani tersebut cukup sejahtera karena tersedianya lahan-lahan kosong yang dapatCorresponding author Sunarjo Tel. +62 341 568395 E-mail sunarjo ABDIMAS Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka MalangVolume 5, No 2, Juli 2020 93–104 94 dimanfaatkan untuk mereka bertanam. Penghasilan mereka cukup baik karena permintaan sayuran terutamacabai dan tomat cukup tinggi disertai dengan harga kedua sayuran tersebut relatif stabil di 1. Petani dan buruh tani dengan hasil tanaman sebagai mata pencaharianTetapi akhir-akhir ini penghasilan mereka sebagai petani maupun buruh tani semakin berkurang,karena semakin menyempitnya lahan-lahan kosong akibat semakin banyak para pengembang devel-oper yang memanfaatkan lahan tersebut untuk membangun rumah tinggal dan pertokoan ruko. Kondisitersebut menyebabkan para petani dan buruh tani pada saat ini banyak yang menganggur dan kekuranganpenghasilan. Para buruh tani tersebut hanya dapat memanfaatkan lahan yang masih ada yang jumlahnyasangat terbatas untuk ditanami cabai dan tomat dalam rangka mempertahankan kehidupan 2. Lahan perkebunan yang telah menjadi lahan perumahanDengan kondisi ini, dirasa perlu untuk melakukan upaya-upaya pemberdayaan buruh tani tersebutsehingga mereka dapat memperoleh peluang untuk meningkatkan penghasilan dengan melakukan berbagaiupaya produktif yang lebih baik. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber-sumberdaya sekitar lingkungan mereka. Diharapkan pemanfaatan tersebut dapat meningkatkan mata pencaharian,penghasilan, dan sekaligus berperan aktif dalam menjaga dan melestarikan lingkungan alam melalui pemberdayaan masyarakat ini diharapkan dapat menumbuhkan peluang dan prospekusaha yang mandiri Mahendra, 2017; Torrido, 2013; Bancin, 2011.Pemberdayaan masyarakat dimaknai sebagai konsep nilai-nilai sosial dalam rangka pembangunanekonomi. Konsep ini merupakan paradigma yang bersifat participatory, people-centered, empowering, Budidaya Cacing Lumbricus Rubellus dengan Media Limbah Jamur sebagai Bahan Dasar Kosmetik dan Obat-ObatanSari Yuniarti, Sunarjo, Laksni Sedyowati 95 and sustainable Chambers, 1995. Berdasarkan pendapat Budimanta & Rudito 2008, pemberdayaanmasyarakat termasuk dalam community development, sedangkan menurut Pigg 2002 pemberdayaanadalah hasil dari interpersonal saling pemberdayaan dan aksi sosial kolektif pemberdayaan sosial.Pemberdayaan adalah program untuk memperluas kapabilitas dan akses masyarakat untuk mendukungkemandirian. Pemberdayaan menurut Sulistriyani 2004 merupakan usaha memandirikan masyarakat melaluiperwujudan potensi yang dimiliki. Pemberdayaan masyarakat menyangkut dua kelompok saling terkait,yaitu masyarakat pihak yang diberdayakan dan pihak yang memberdayakan. Pemberdayaan masyarakattermasuk melalui pemanfaatan sampah atau limbah Ismail, 2019.Pemanfaatan limbah jamur baglog untuk budidaya cacing bahan komestik dan obat-obatanmerupakan suatu usaha yang dapat memberikan peluang ekonomi tinggi dan dapat menjaga keseimbanganlingkungan Nurwati, 2011; Hidayat, 2010. Pemanfaatan limbah jamur menjadi suatu usaha yang dapatmenjaga ekosistem lingkungan hidup dan dapat pula menambah penghasilan. Arti limbah yaitu barangyang dibuang yang berasal dari alam maupun hasil proses teknologi. Limbah dapat berwujud sisa kotoranhewan, tanaman, sayuran, dan barang-barang bekas lainnya. Limbah merupakan buangan yang dihasilkandari proses produksi domestik rumah tangga/sampah maupun industri dimana keberadaannya tidakdikehendaki karena kurang memiliki nilai budidaya jamur akhir-akhir ini semakin meningkat. Pengusaha UMKM Usaha Menengah,Kecil dan Mikro dan pengusaha besar banyak yang menggeluti bisnis ini. Jamur tiram putih yang bisadikosumsi merupakan pilihan yang baik karena mudah dikembangbiakan dan banyak manfaatnya. DiMalang perkembangbiakan jamur tiram sangat baik karena di kota ini merupakan daerah pegununganyang hawanya sejuk, yang iklimnya sangat cocok bagi pertumbuhan jamur tersebut. Jamur tiram memilikiusia lebih pendek dibanding jenis jamur lainnya, yaitu hanya butuh waktu 5 – 7 hari bakal jamur tumbuhmenjadi jamur besar dan siap dipanen. Keterlambatan memanen akan mengakibatkan jamur menjadikuning dan kualitasnya menurun sehingga harga jual juga akan 3. Budidaya jamur tiram putih dengan media baglogCara yang lebih baik mulai dikembangkan oleh beberapa petani, yaitu budidaya jamur dalam budidaya dilakukan dalam ruangan tidak menyebabkan biaya operasional bertambah karenatidak memerlukan lahan yang luas. Yang dibutuhkan agar jamur dapat berkembang biak dengan baikyaitu suhu dan perawatan yang tepat. Ruangan harus mempunyai suhu yang tetap lembab dan lantai ABDIMAS Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka MalangVolume 5, No 2, Juli 2020 93–104 96 jangan lupa disiram sehingga suhu maksimal ruangan yaitu 29 derajat celcius. Media berkembang biakjamur tiram berupa serbuk kayu atau yang lebih dikenal dengan baglog yang dikemas dalam kantongplastik. Limbah baglog setelah digunakan untuk budidaya jamur pada umumnya dibuang begitu saja,akan tetapi sekarang limbah tersebut dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik Hunaepi et al., 2018;Rosmauli, 2015 dan untuk media budidaya cacing Ernawati et al., 2019; Sunarjo & Yuniarti, 2017, dimanacacing tersebut dimanfaatkan sebagai bahan dasar kosmetik dan obat-obatan atau disebut Cacing Lum-bricus Rubellus. Baglog jamur merupakan jenis limbah organik yang tidak mudah busuk. Baglog jamurterdiri dari serpihan/bubur dari gergajian/grajen kayu, bekatul, dan kapur. Apabila sudah tidak dapatmenghasilkan kualitas jamur yang bagus atau baglog jamur gagal menjadi media perkembangbiakanjamur, maka akan menjadi limbah. Limbah tersebut dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yangberupa serbuk kayu, kantong plastik yang tidak mudah terurai, kapas, karet gelang, kertas, dan cincinplastik. Pembuangan limbah secara sembarangan dapat menimbulkan pencemaran biotik yang berupamikro organisme seperti bakteri, jamur liar, dan mikrofauna seperti serangga. Di samping itu limbahdikhawatirkan menjadi sarang penyakit dan hama yang dapat mengganggu dan merusak budidaya jamur,tanaman pertanian, ternak maupun manusia. Demikian juga limbah dapat mengganggu pemandanganatau estetika lingkungan dan menimbulkan bau tidak baglog jamur dapat berdampak terhadap lingkungan hidup maupun budidaya jamurtersebut. Jamur liar yang tumbuh pada limbah baglog dapat menjadi sumber kontaminan yang padaakhirnya mengakibatkan kegagalan budidaya jamur tiram. Jamur liar akan menghasilkan banyak sporadan jika terbawa angin akan menyebar ke dalam ruang budidaya jamur tiram. Jutaan mikroba kontaminanpenyebab kontaminasi seperti bakteri penyakit, misselium dan spora jamur liar dapat dihasilkan hanyaoleh satu bagloggagal inkubasi Priyanto, 2013.Gambar 4. Cacing Lumbricus RubellusJenis Cacing Lumbricus Rubellus karena mengandung protein yang tinggi sering digunakan sebagaibahan membuat pakan hewan ternak atau hewan budidaya seperti ikan, udang, kodok, unggas, dan lain-lain Ernawati et al., 2019. Perlu diketahui juga bahwa Cacing Lumbricus Rubellus sangat banyak manfaatnyabagi manusia seperti sebagai obat penurun panas dan demam. Di luar negeri seperti Cina, Korea, Jepang,Kanada, dan Amerika, cacing jenis ini dijadikan sebagai bahan obat-obatan dan kosmetik. Sekarang jenis Budidaya Cacing Lumbricus Rubellus dengan Media Limbah Jamur sebagai Bahan Dasar Kosmetik dan Obat-ObatanSari Yuniarti, Sunarjo, Laksni Sedyowati 97 cacing ini juga dijadikan sebagai bahan obat dengan cara dikeringkan dan diekstrak dalam bentuk kapsulyang dapat menurunkan tekanan darah, demam/panas, dan meredakan penyakit ini diperuntukkan bagi mitra yang dibagi dalam 2 kelompok. Mitra I adalah masyarakatpetani yang tinggal di Desa Merjosari Kecamatan Dau. Setiap hari mereka bekerja dengan cara mengolahlahan kosong atau lahan yang disewa untuk ditanami sayur-sayuran seperti tomat, kubis, bawang, cabai,dan lain-lain. Hasil panen dari tanaman tersebut sebagian digunakan sendiri atau dijual kepada oranglain/pedagang pasar. Bila musim panen tiba banyak petani yang memanfaatkan waktunya mencari tambahanpenghasilan dengan membantu buruh tani lain. Mereka bekerjasama memetik tanaman yang telah siappanen, meng umpulkan, memi lah-milah, mengemas dan membant u membersihkan lah an u nt ukmempersiapkan proses tanam kembali. Sedangkan pekerjaan sehari-harinya selain menanam, merekajuga menyirami, memberi pupuk dan obat-obatan, mengolah/menggemburkan tanah, dan menjaga kadartanah agar tetap baik. Adapun kondisi permasalahan Mitra I dideskripsikan pada Tabel 1. Kondisi dan permasalahan masyarakat petaniKondisi Permasalahan Hasil pertanian Menurun karena semakin terbatasnya lahan pertanian Harga komoditas yang tidak stabil akhir-akhir ini. Penghasilan Berkurang antara 30%-50% Tingkat ekonomi Minim-standar Luang waktu Banyak menganggur, dikarenakan waktu bekerja yang semakin sedikit Tingkat usia 35-60 tahun, sebagian besar masuk dalam usia produktif. Jumlah keluarga yang ditanggung 4-8 anggota keluarga Motivasi Memiliki motivasi yang cukup tinggi untuk berusaha di bidang usaha lain. Mitra II adalah masyarakat buruh tani yang tinggal di sekitar Desa Merjosari dan desa TlogomasKecamatan Lowokwaru. Mereka memperoleh penghasilan dari pemilik tanah yang mempekerjakan mendapat bagian dari hasil penjualan panen, mereka juga memperoleh upah dari pekerjaanmenggarap tanah majikan tersebut. Adapun pekerjaan buruh tani tersebut meliputi mengolah lahan sebelumditanam, menanam, menyirami, memberi pupuk, menyemprot tanaman untuk menghilangkan hama,memangkas daun atau ranting yang sudah kering dan mati, menjaga kadar tanah agar tetap baik, danmemperbaiki lahan tanah. Apabila tiba musim panen, para buruh tani tersebut bekerja untuk memetikhasil panen, menyortir dengan cara memilah-milah mana hasil panen yang bagus dengan yang kurangbagus, mengemas dalam karung, menimbang, dan membersihkan lahan untuk mempersiapkan penanamankembali. Sama dengan petani lainnya, bila musim panen tiba banyak buruh tani yang memanfaatkanwaktunya mencari tambahan penghasilan dengan membantu buruh tani/petani lain. Mereka bekerjasamamemetik tanaman yang telah siap panen, mengumpulkan, memilah-milah, mengemas dan membantumembersihkan lahan untuk mempersiapkan proses tanam kembali. Adapun kondisi permasalahan Mitra IIdideskripsikan pada Tabel 2. ABDIMAS Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka MalangVolume 5, No 2, Juli 2020 93–104 98 Tabel 2. Kondisi dan permasalahan buruh taniKondisi Permasalahan Lahan yang Digarap Menurun dan semakin terbatas, karena banyak berdiri perumahan dan ruko Penghasilan Berkurang antara 25%-50% Tingkat ekonomi Minim-standar Luang waktu Banyak menganggur, dikarenakan waktu bekerja yang semakin sedikit Tingkat usia 20-50 tahun, sebagian besar masuk dalam usia produktif. Jumlah keluarga yang ditanggung 4-5 anggota keluarga Motivasi Memiliki motivasi yang sangat tinggi untuk berusaha di bidang usaha lain. Dari kondisi dan permasalahan yang dialami oleh mitra I dan mitra II Tabel 1 dan Tabel 2, makadapat disimpulkan bahwa kehidupan ekonomi yang sangat minim dan punya waktu luang yang dapatdimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan tambahan. Program ini diharapkan dapat membantu merekadalam mengatasi masalah mitra. Di samping mudah pelaksanaannya, biaya yang dibutuhkan relatif rendahtetapi memiliki tingkat keuntungan yang tinggi dan dapat diperoleh dengan relatif cepat. Tidak memakantempat dan bisa dikerjakan dengan melakukan kegiatan ini merupakan perpaduan antara limbah baglog jamur dengan ternak Cacing LumbricusRubellus, yaitu memanfaatkan limbah buangan baglog pembiakan jamur tiram putih sebagai media budidayacacing. Dengan adanya program ini diharapkan masyarakat mitra I dan mitra II dapat tercipta lapangankerja sendiri wirausaha, terjadi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan keluarga, serta berpartisipasidalam menjaga dan memelihara keseimbangan METODEProgram ini diikuti oleh mitra I yang terdiri dari para petani yang berjumlah 8 orang, sedangkanmitra II yang terdiri dari para buruh tani yang berjumlah 11 orang. Para peserta dipilih melalui koordinatormasing-masing kelompok dan hasil suryei dari tim pengabdi. Para petani dan buruh tani tersebut sehari-hari bekerja pada lahan perkebunan di Desa Merjosari dan Desa Tlogomas Kecamatan Dau program dibagi dalam 2 bagian, yaitu metode pendekatan program dan prosedurkerja dalam merealisasi program. Metode pendekatan program meliputi 1 implementasi penyuluhantentang pemanfaatan limbah baglog jamur tiram putih untuk budidaya cacing. 2 Implementasi pelatihanpengolahan limbah baglog jamur tiram putih. 3 Implementasi program pembuatan sarana dan prasaranabudidaya Cacing Lumbricus Rubellus. 4 Implementasi program pengolahan limbah jamur tiram putih. 5Implementasi program budidaya Cacing Lumbricus prosedur kerja dalam budidaya Cacing Lumbricus Rubellus dengan menggunakan mediabaglog jamur tiram putih afkiran adalah 1 Pengumpulan baglog dan pemisahan dari plastiknya; 2Panghalusan baglog berisi serbuk gergajian kayu dengan tangan tidak perlu terlalu halus; 3 Jikabaglog kering perlu disiram air agar kelembaban dan kadar air bertambah. Pada umumnya baglogsudah mempunyai kadar air optimal sebagai media ternak cacing; 4 Selanjutnya baglogtersebut sudahsiap untuk digunakan sebagai media ternak cacing sekaligus sebagai makanannya; 5 Baglogdimasukandalam kotak plastik ember berbentuk persegi panjang berukuran dengan ukuran kurang lebih 35x25x10cm. Budidaya Cacing Lumbricus Rubellus dengan Media Limbah Jamur sebagai Bahan Dasar Kosmetik dan Obat-ObatanSari Yuniarti, Sunarjo, Laksni Sedyowati 99 Per kotak plastik diisi kurang lebih 2 kg baglog; 6 Memasukkan bibit cacing kurang lebih 0,5 – 1 kg kedalam kotak ember yang sudah diisi baglog; dan 7 Setiap hari memberi makanan tambahan berupalimbah sayuran atau limbah buah-buahan secukupnya; dan 8 Mengganti kascing kotoran cacing denganmedia baglog baru setiap tujuh sampai sepuluh hari sekali. Cacing perhari dapat makan seberat tubuhnyadan selanjutnya akan menghasilkan ini gambaran layer/lapisan pada ternak cacing dengan media baglog buangan limbahjamur Gambar 5. Gambar lapisan 1 yaitu media ternak cacing berupa limbah baglog jamur serbukgergajian kayu/grajen yang beratnya sebanding dengan berat cacing yang akan diternak. Semula terbagimenjadi 3 layer/lapisan dan selanjutnya dalam waktu kurang lebih 7 hari setelah ternak dimulai akanterbentuk 2 layer/lapisan saja, yaitu cacing lumbricus dan kascing kotoran cacing. Kascing tersebutdapat dipanen dan digunakan untuk bahan pupuk pengaturan Layer 1 Layer 2 Layer 3 Layer 2 Serbuk kayu grajen dari baglog afkir Cacing Lumbricus Rubellus Cacing Lumbricus Rubellus Serbuk kayu grajen dari baglog afkir Kascing/ kotoran cacing Gambar 5. Ilustrasi pengaturan layer pada budidaya Cacing Lumbricus Rubellus3. HASIL DAN PEMBAHASANHasil Pelaksanaan ProgramPelaksanaan program diawali dengan penyuluhan tentang pemanfaatan limbah baglog jamur tiramputih sebagai media ternak cacing kepada para mitra, yaitu Bpk. Untung Suntoro, Ibu Rukiyati, Ibu Tunik,Bpk. Agung, dan Ibu Dewi Maisyaroh. Penyuluhan dilakukan oleh instruktur yang telah berpengalamanbudidaya cacing dengan memanfaatkan baglog jamur sebagai media Gambar 6. Kegiatan penyuluhanberupa praktek langsung tata cara beternak cacing sehingga peserta selain mendengarkan penjelasaninstruktur juga dapat melihat secara langsung tata cara ternak cacing. Pada kesempatan tersebut pesertadipersilahkan bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami dan instruktur akan menjawab sekaligusmempraktekannya. Dengan metode tersebut, peserta benar-benar memahami tata cara ternak cacingdengan media baglog jamur. ABDIMAS Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka MalangVolume 5, No 2, Juli 2020 93–104 100 Langkah berikutnya adalah mempersiapkan rumah cacing Gambar 7. Dikenal beberapa macamrumah cacing, yaitu menggunakan bak plastik, kotak kayu, dan bak jedingan atau kolam. Jenis bak apayang paling cocok digunakan tergantung pada lahan yang dimiliki. Apabila lahannya luas maka bak jedingandan kayu lebih cocok digunakan. Tetapi jika lahan yang dimiliki sempit atau memanfaatkan ruang-ruangkosong di rumah seperti lahan yang dimiliki oleh mitra maka bak plastik yang lebih cocok. Denganmenggunakan sistem bak plastik yang diletakkan dalam rak kayu akan kelihatan rapi dibanding sistemyang lain. Rak-rak tersebut dapat ditempatkan secara fleksibel di ruang yang kosong, seperti di dapur,teras, lorong rumah, dan lain-lain. Ukuran rak kurang lebih tinggi 120 sentimeter, panjang 75 sentimeter,dan tebal 40 sentimeter serta terdiri dari 5 tingkat. Satu rak dapat menampung 10 bak plastik sebagairumah 6. Penyuluhan tentang budidaya Cacing Lumbricus RubellusGambar 7. Penggunaan rak plastik sebagai rumah perkembangbiakan cacingLangkah berikutnya yaitu mempersiapkan media untuk budidaya cacing dengan menggunakan limbahbaglog jamur. Bersamaan dengan itu sekaligus mempersiapkan makanan pakan untuk cacing Gambar8. Pakan cacing selain berasal dari media baglog jamur juga dapat ditambahkan pakan tambahan yangberasal dari limbah organik rumah tangga seperti sisa sayur, sisa nasi; limbah organik industri sepertiampas tahu, maupun dari limbah organik lingkungan seperti pelepah pisang. Limbah organik sepertisawi, kol, dan bayam memiliki kandungan yang bakteri asam laktat dan protein yang sangat baik bagipertumbuhan cacing Superianto, Harahap, & Ali, 2018; Widayati & Santoso, 2016. Budidaya Cacing Lumbricus Rubellus dengan Media Limbah Jamur sebagai Bahan Dasar Kosmetik dan Obat-ObatanSari Yuniarti, Sunarjo, Laksni Sedyowati 101 Setelah semua siap langkah berikutnya yaitu mencari indukan cacing yang berkualitas. Indukancacing tersebut dapat dibeli dari peternak cacing di sekitar Malang Raya. Satu rak yang di dalamnyaterdapat sepuluh bak plastik membutuhkan indukan cacing sekitar tujuh sampai dengan sepuluh makan kepada cacing dilakukan setiap hari cukup satu kali pada waktu pagi atau sorehari. Makanan yang diberikan secukupnya saja yaitu seberat maksimal 30 persen dari berat cacing dantidak berlebihan yang justru akan membuat cacing mati. Pakan yang berasal dari limbah rumah tangga,industri, maupun limbah lingkungan sebaiknya dihaluskan dulu dan selanjutnya dicampur dengan cairannutrisi pemacu pertumbuhan cacing seperti nutrisen dan probiotik air atau kelembaban media cacing harus diperhatikan, tidak boleh terlalu basah atau terlalukering. Agar tidak terlalu kering maka media cacing perlu disiram air. Cara sederhana untuk mengetahuikelembaban media cacing yang sesuai yaitu dengan mengambil segenggam media cacing selanjutnyaGambar 8. Pemanfaatan baglog jamur sebagai media ternak Cacing Lumbricus RubellusGambar 9. Pemanfaatan limbah organik sayur dan buah untuk pakan cacingdiperas. Jika saat diperas air tidak sampai menetes maka bisa dikatakan kelembaban media cacing sudahsesuai. Kelembaban yang sesuai akan membuat cacing cepat berkembang biak dan tumbuh jika terlalu basah atau kering maka akan menghambat pertumbuhan cacing bahkan cacing bisamati. ABDIMAS Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka MalangVolume 5, No 2, Juli 2020 93–104 102 PembahasanHasil atau manfaat yang diperoleh para mitra setelah mengikuti penyuluhan dan selanjutnyamempraktekkan budidaya Cacing Lumbricus Rubellus adalah sebagai berikut 1 Penghasilan rak yang berisi sepuluh bak plastik dapat dipanen setiap bulan lebih kurang tiga sampai denganempat kilogram cacing. Semakin banyak rak ternak cacing yang dimiliki maka semakin besar pula penghasilantambahan yang diperoleh mitra. Panen cacing dapat dilakukan setiap bulan. Cacing yang sudah dipanenselanjutnya dijual kepada agen besar peternak cacing dimana para mitra menjadi anggotanya. Berapapunpanen cacing akan ditampung oleh agen besar dengan harga perkilogram sesuai harga pada hari menjualpanen luang yang dimiliki para mitra setelah melakukan pekerjaan utama sebagai pembantu rumahtangga, petani, atau pekerjaan lainnya, benar-benar dapat dimanfaatkan untuk budidaya cacing. Di sampingitu para mitra dengan melakukan budidaya cacing berarti menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dansecara tidak langsung juga ikut menjaga kelestarian lingkungan karena budidaya cacing yang dilakukanmemanfaatkan berbagai limbah atau sampah baik baglog jamur, limbah rumah tangga, limbah industri,maupun limbah alam yang notabene merupakan barang yang sudah dibuang dan dapat Cacing Lumbricus Rubellus sebenarnya merupakan usaha awal untuk melakukan usaha-usaha lainnya. Cacing mengandung protein yang sangat tinggi sehingga sangat cocok untuk bahan dasarpembuatan kosmetik maupun obat-obatan. Perusahaan-perusahaan kosmetik baik di dalam maupun diGambar 10. Hasil budidaya Cacing Lumbricus Rubellusluar negeri membutuhkan pasokan cacing dalam jumlah yang sangat besar dan terus-menerus. Cacingyang sudah diolah juga dapat menjadi bahan dasar obat-obatan untuk menyembuhkan berbagai penyakitseperti tipus, demam, dan samping itu, cacing juga menjadi bahan pokok dalam pembuatan pakan ikan atau pellet. Pelletyang mengandung cacing dapat mempercepat pertumbuhan ikan maupun ternak lainnya seperti ayamdan bebek. Dengan demikian jika sudah memiliki usaha budidaya cacing maka kita dapat mengembangkanusaha-usaha lainnya, dimana cacing menjadi bahan bakunya. Budidaya Cacing Lumbricus Rubellus dengan Media Limbah Jamur sebagai Bahan Dasar Kosmetik dan Obat-ObatanSari Yuniarti, Sunarjo, Laksni Sedyowati 103 4. SIMPULAN DAN SARANSimpulanPemanfaatan limbah baglog jamur sebagai sarana atau media pembudidayaan Cacing LumbricusRubellus menjadi peluang yang sangat baik serta menjadikan masyarakat memiliki usaha yang lebih limbah baglog jamur, budidaya cacing ini juga memanfaatkan beberapa limbah lain diantaranyalimbah dari industri, limbah dari sektor rumah tangga, dan limbah lingkungan. Limbah baglog tersebutdiolah menjadi media perkembangbiakan cacing. Limbah rumah tangga dan limbah lingkungan dalambentuk sayur dan buah-buahan afkiran/buangan dimanfaatkan sebagai pakan cacing. Beberapa hari cacingdapat berkembang dan siap dipanen untuk dijual. Bagi para mitra, budidaya cacing ini memberikanbanyak manfaat, diantaranya meningkatkan penghasilan, memanfaatkan waktu luang dengan melakukanhal-hal positif dan lebih produktif, menumbuhkan jiwa kewirausahaan, menciptakan lapangan pekerjaan,dan berpartisipasi dalam memelihara lingkungan dan menjaga keseimbangan ini memiliki keterbatasan di sisi pendanaan, sementara di sisi lain masih banyak masyarakatkita yang berpenghasilan rendah. Mereka ingin sekali menambah penghasilan akan tetapi kurang mengertibagaimana caranya atau terkendala masalah dana. Untuk itu diperlukan pendampingan dan pendanaanuntuk lebih memberdayakan masyarakat/mitra lain baik di sektor perkebunan, peternakan, maupunperikanan sehingga pada akhirnya terjadi peningkatan kesejahteraan dan jiwa kewirausahaan. Keterbatasanprogram ini juga penggunaan tempat pembiakan cacing yang sangat sederhana, yang tidak dilengkapidengan alat mendeteksi suhu dan kelembaban. Pengabdi selanjutnya, dapat mengembangkan mediabiakan cacing yang dilengkapi alat pengatur suhu dan kelembaban udara. Belum menggunakan alat/mesin pengolahan limbah sayur dan buah yang lebih modern, sehingga pengabdi selanjutnya dapatmengembangkan alat bantu/mesin pengolahan limbah sayur yang lebih baik, mengingat pada programini, pengolahan limbah sayur masih menggunakan alat yang sangat sederhana. Untuk pengabdi selanjutnyadapat melakukan program perkembangbiakan beberapa jenis cacing yang lain seperti African NightCrawler, Tiger, dan PUSTAKABancin, M. H. 2011. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam Program Nasional PemberdayaanMasyarakat PNPM Mandiri Perdesaan Studi Kasus Bandung Barat. Journal of Regional andCity Planning, 223, 179-194. A., & Rudito, B. 2008. Metode dan Teknik Pengelolaan Community Development. JakartaIndonesia Center for Sustainable R. 1995. Poverty and livelihoods whose reality counts? Environment and Urbanization,71,173-204. N. M., Arthana, I. W., Kartika, G. R. A., Julyantoro, P. G. S., & Dewi A. P. W. K. 2019. Praktik carabudidaya Cacing Lumbricus Rubellus dalam menunjang budidaya ikan lele di Desa KeramasKabupaten Gianyar. Buletin Udayana Mengabdi,183. ABDIMAS Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka MalangVolume 5, No 2, Juli 2020 93–104 104 Hidayat, F., Sugiarti, U. & Wicaksono, A. D. 2010. Pemanfaatan limbah media jamur tiram putihpleurotus florida sebagai tambahan pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanamankacang tanah Arachis Hypogaea L.. Agrika, 42.Hunaepi, H., Dharawibawa, I. D., Asy’ari, M., Samsuri, T., & Mirawati, B. 2018. Pengolahan limbahbaglog jamur tiram menjadi pupuk organik komersil. Jurnal SOLMA, 72, Y. 2019. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Academics in Action Journal of Commu-nity Empowerment, 11, 50-63. S. R. 2011. Pemanfaatan limbah baglog jamur sebagai media budidaya Cacing Pheretima Pascasarjana Universitas Gadjah Mada K. E. 2002. Three faces of empowerment Expanding the theory of empowerment in communitydevelopment. Journal of the Community Development Society, 331, M. & Widayati, W. 2000. Kompos dan pupuk hayati sebagai pupuk organik. Majalah PenelitiGula, XXXVI 1-2 A. 2013. Mengolah limbah baglog menjadi pupuk organik padat pupuk kompos untukjamur /meng tanggal 18 Januari 2014.Rosmauli, R. 2015. Pemanfaatan kompos dari limbah baglog jamur tiram pleurotusostreatus sebagaimedia tumbuh tanaman sawi hijau brassica rapa var. parachinensis l.. Jurnal Dampak, 122,120-126. A. T. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Penerbit Gava Media. & Yuniarti, S. 2017. Pemanfaatan sayur buangan untuk pakan Cacing African Night CrawlerANC sebagai bahan pembuat pellet. Abdimas Jurnal Pengabdian Masyarakat UniversitasMerdeka Malang, 21, 43-49. S., Harahap, A. E., & Ali, A. 2018. Nilai nutrisi silase limbah sayur kol dengan penambahandedak padi dan lama fermentasi yang berbeda. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 132, 172-181. A. 2013. Pelaksanaan penanggulangan kemiskinan studi Program Nasional PemberdayaanMasyarakat PNPM Mandiri. Optimum Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 31, T. W., & Santoso, B. 2016. Budidaya Artemia menggunakan pakan limbah sayur pasar/silasesayur dan silase ikan. Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur, 122, ... Konsep pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan untuk mendorong dan menggerakkan perekonomian masyarakat yang berbasis sumber daya dan nilai social yang dimiliki oleh masyarakat tersebut Sufiyanto et al., 2021;Cahyaningsih et al., 2021. Melalui konsep pemberdayaan tersebut, masyarakat diharapkan mampu untuk melakukan upaya yang produktif dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada disekitarnya Yuniarti et al., 2020. Selanjutnya, masyarakat dapat menciptakan peluang dan prospek usaha secara mandiri sebagai hasil dari upaya pemberdayaan yang telah dilakukan Torrido, 2013;Bancin, 2011 Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan potensi masyarakat dan sumber daya alam yang tersedia merupakan modal penggerak ekonomi di masyarakat secara berkelanjutan. ...Pemberdayaan masyarakat berbasis potensi dan sumber daya yang dimiliki merupakan salah satu upaya untuk mendorong perekonomian masyarakat. Pengembangan potensi dan sumber daya berbasis komunitas sebagai strategi pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. Kelompok Sadar Wisata Sukowilangun Berseri dan Kelompok Tani Suka Maju merupakan komunitas yang aktif dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Sukowilangun Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang. Permasalahan yang dihadapi dalam pemberdayaan masyarakat ini adalah 1 keterbatasan lahan dan sumber air dalam pengembangan system pertanian dan perikanan air tawar; 2 belum memiliki konsep dalam pengembangan ekonomi kreatif untuk memaksimalkan potensi ekonomi hasil perikanan air tawar. Metode pelaksanaan kegiatan yang dilakukan adalah 1 pemanfaatan teknologi pertanian dan perikanan terpadu dengan sistem hidroganik, 2 pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan konsep ekonomi kreatif. Hasil yang diperoleh berupa 1 implementasi sistem hidroganik untuk menunjang teknologi pertanian dan perikanan terpadu, 2 disversifikasi usaha ekonomi kreatif melalui olahan Baby Fish Crispy.... Konsep pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pembangunan ekonomi yang berbasis pada nilai-nilai sosial masyarakat tersebut Andrijono & Sufiyanto, 2021;Cahyaningsih et al., 2021. Melalui pemberdayaan ini, masyarakat diharapkan memperoleh peluang untuk melakukan upaya produktif dengan cara memanfaatkan sumber-sumber daya di sekitarnya Yuniarti et al., 2020. Terciptanya peluang dan prospek usaha yang mandiri dapat tumbuh melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat Torrido, 2013;Bancin, 2011. ... Sufiyanto SufiyantoMochammad Musafaul AnamZaid Dzulkarnain ZubizarettaThe tourism sector has been targeted to be a tool that may develop people’s economies. Kelompok Sadar Wisata Pokdarwis Sukowilangun Berseri is a community that develops Taman Suko at Sukowilangun, Kalipare, Malang Regency. However, the increasing number of tourism effects for the local community at Sukowilangun can still be categorized at a low level. Besides, the management capabilities and resources of the local community in developing Taman Suko as a local tourist destination have not been able to attract more tourists. We carry out a community service program through diversifying our business with the implementation of an aquaponics system to increase income derived from tourism management, providing assistance in efforts to develop tourism potential, and empowering local community-based communities at Taman Suko. The results of this program were implementing an aquaponics system as a business diversification as well as an education theme for tourists on how freshwater fish and vegetables are bred, developing some tourism support facilities such as photo spot, pathways, and fish pond, and promoting local culinary business through social media and a video KusnadiNovia RahayuAndri KusmayadiThe livestock sector has long been a source of livelihood for the people of Indonesia. In addition to having a positive impact, the increase in livestock business also has a negative impact, namely from the waste produced in the form of feces and urine. Vegetable waste is a waste material which is usually disposed of in open dumping without further management so that it will cause environmental disturbances and unpleasant odors. Recycling organic waste into something useful again can be done in various ways, among others, by making organic waste as earthworm feed which will later produce vermicompost fertilizer. This study used a completely randomized design CRD with 5 treatments and 4 replications, each treatment having a concentration of P0 = 100% cow feces + 0% cabbage waste, P1 = 75% cow feces + 25% cabbage waste, P2 = 50% cow feces 50 % Cabbage Waste, P3 = 25% Cow Feces + 75% Cabbage Waste, P4 = 0% Cow Feces + 100% Cabbage Waste. The results in this study are all treatments that produce temperature and pH are stated in accordance with SNI 19-7030-2004 the temperature is not more than 30 and the pH ranges from While the production of vermicompost produces P3 as a treatment that produces the highest production, namely with a production of 1400 grams with a waste degradation of satu pusat perikanan budidaya di Gianyar adalah di Desa Keramas. Ikan lele adalah komoditi utama di desa ini karena ikan lele merupakan salah satu komoditi perikanan tawar yang benilai ekonomis. Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya salah satunya adalah ketersediaan pakan. Usaha budidaya akan sulit berkembang apabila hanya menggunakan pakan buatan karena harganya yang relatif mahal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah mencari pakan alternatif yang bernutrisi namun harganya lebih murah. Cacing tanah Lumbricus rubellus adalah salah satu pakan alami yang memiliki kandungan protein tinggi dan relatif mudah untuk dibudidayakan. Oleh karena itu informasi tentang manfaat dan cara budidaya cacing tanah L. rubellus perlu disampaikan kepada pembudidaya ikan lele di desa Keramas melalui kegiatan pelatihan teori dan praktik. Hasil dari kegiatan ini adalah masyarakat mendapatkan informasi tentang pakan alternatif dan mereka tertarik untuk memulai budidaya cacing untuk mendukung kegiatan perikanan terutama pada budidaya ikan lele. Kata kunci budidaya, cacing tanah, lele, pakan alami Yunita IsmailCommunity-based waste management is an effort to reduce and manage waste. The community, where the household is a part of it as one of the waste producers can reduce and reuse their waste and even provide an additional income. To make the community plays an active and continuous role in a waste management, an organization with community members is needed to run the management and utilize waste together, which will provide mutual benefits. From the community service activities that have been carried out, the community gives a positive response on managing waste. Institutions are needed to be made to maintain the sustainability of the waste management. Waste management activities are given to the parties who are homeowners, those who have an elementary education and those who are in a productive age 31-40 years.Limbah sayur kol memiliki kadar air yang tinggi sehingga cepat mengalami pembusukan maka salah satu alternatif penggunaannya dengan silase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai nutrisi yang terkandung dalam silase limbah sayur kol dengan penambahan dedak padi dan lama fermentasi yang berbeda. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL Pola Faktorial 2x3 yaitu faktor A adalah level penambahan dedak padi 0% dan 35%. Faktor B yaitu lama fermentasi 0 hari, 7 hari dan 14 hari. Parameter yang diukur adalah Bahan Kering BK, Protein Kasar PK, Lemak Kasar LK, Abu dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen BETN. Hasil penelitian menunjukan pemberian substrat dedak padi 35% memberikan pengaruh sangat nyata P0,05. Lama fermentasi tidak berpengaruh nyata P<0,05 Terhadap Bahan Kering BK, Lemak Kasar LK, Serat Kasar SK dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen BETN dan memberikan pengaruh sangat nyata P<0,01 terhadap kandungan penurunan Abu. Perlakuan terbaik terdapat pada level penambahan dedak padi 35% dan lama fermentasi 14 hari dilihat dari penurunan kandungan abu sebesar 11,38%Kata kunci Kualitas nutrisi, silase, limbah sayur kol, fermentasiDusun Bat Rurung desa Barejulat terdapat budidaya jamur tiram Pleurotus osteatus yang dikelola oleh kelompok budidaya jamur tiram Lombok. Kelompok ini disamping memproduksi jamur tiram juga memproduksi limbah berupa limbah baglog jamur tiram dalam jumlah satu kali masa panen kurang lebih 1 s/d 2 ton. Kondisi limbah yang sangat banyak mengakibatkan pencemaran pada lingkungan, ini dikarenakan anggota kelmpok pembudidaya tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pengolahan limbah baglog media jamur tersebut. Baglog merupakan media tanam jamur tiram yang terbuat dari serbuk gergaji dan beberapa bahan nutrisi sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan jamur. Limbah banglog jamur terbagi menjadi dua jenis yakni baglog kotaminan dan baglong tua. Kurangnya keterampilan pembudidaya dalam pengolahan limbah menjadi acuaan dasar untuk melakukan pelatihan pengolahan limbah baglog menjadi pupuk organik. Metode dan pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini dalam proses menyelesaikan perasalah yang ada adalah dengan diskusi dan praktek learning by doing gabungan kedua metode tersebut diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan berkaitan dengan pengelolaan Limbah baglog media jamur tiram menjadi pupuk organik. Adapun hasil yang dicapai adalah 1 adanya pengetahuan dan keterampilan kelompok budidaya jamur tiram dalam mengolah limbah baglog menjadi pupuk organik, 2 meningkatnya partisifasi kelompok selama kegiatan pelatihan pengolahan hingga 85%, 3 dihasilkannya produk berupa pupuk organik padat, dan 4 terbentuknya unit usaha tambahan yakni usaha pupuk RosmauliPeluang budidaya jamur tiram putih Pleurotusostreatus cukup diminati oleh masyarakat karena usaha ini memiliki kelebihan diantaranya adalah modal murah, cepat perkembangbiakan dan cukup menguntungkan., tetapi limbah baglog yang dihasilkan belum maksimal dimanfaatkan. Pemanfaatan limbah dapat dijadikan kompos, dengan menggunakan aktivator alami dan dosis dilakukan di SMAN 1 Palembang dari bulan Januari sampai Mei 2015. Kriteria kompos yang baik adalah dengan aktivator pukan sapi 10% dengan waktu pengomposan selama satu bulan, komposisi kompos yang dihasilkan C-Organik 28,96, N-Total 1,30, pH 7,91, C/N 22, dan KTK 75. Komposisi media tumbuh tanaman sawi hijau Brassica rapa var. parachinensis L. yang baik adalah K3 60 tanah 40 kompos v/v, Tanah tersebut tergolong tanah masam dengan pH 4, C-organik tergolong rendah 1,01gkg-1. Kandungan Nitrogen tanah tergolong rendah yaitu sebesar 0,10 gkg -1. Kandungan P tersedia tanah tergolong sedang dengan kandungan sebesar 10,35 mgkg-1. Kandungan basa tanah berupa K sebesar 0,51cmolckg-1 tinggi; Na sebesar 0,11 cmolckg-1 rendah; Ca sebesar 1,18 cmolckg-1 sangat rendah, dan Mg sebesar 0,45 cmolckg-1 rendah. Rasio C/N tanah tergolong tinggi yaitu sebesar 10. Kapasitas Tukar Kation KTK tanah tergolong rendah sebesar 15,23 cmolckg-1, kejenuhan Al tergolong rendah yaitu sebesar 13,7 %, serta kejenuhan basa yang tergolong sangat rendah yaitu sebesar 14,77 %. dapat dilihat dari jumlah daun mulai bertambah pada minggu ke empat berjumlah 4 lembar, luas daun 252,5 cm2, biomassa basah 42,22 gram, dan biomassa kering 2,46 gram. Jumlah klorofil 51,4 daun atas/muda dan 36,8 daun bawah/tuaKatakunci aktivator, baglog, budidaya, klorofil ,limbah, pukan. Robert ChambersThis paper explores how professionals’ universal, reductionist and standardized views of poverty differ from those of the poor themselves. Poverty line thinking concerned with income-poverty and employment thinking concerned with jobs, project Northern concerns on the South, where the realities of the poor are local, diverse, often complex and dynamic. Examples illustrate how poor people’s criteria differ from those assumed for them by professionals. The paper also discusses neglected dimensions of deprivation including vulnerability, seasonality, powerlessness and humiliation. In the new understandings of poverty, wealth as an objective is replaced by wellbeing and “employment” in jobs by livelihood. The final sections argue for altruism and reversals to enable poor people to analyze and articulate their own needs, and they conclude with the implications for policy and practice of putting first the priorities of the E. PiggEmpowerment as a process in leadership education is seen as fundamental to community development. Often, empowerment is considered only from the individual, psychological perspective in community development interventions. That is, practitioners may arguethat individuals basically empower themselves through personal knowledge, attitudes, and behavior self-empowerment. The extensive literature on empowerment also makes clear that empowerment is an outcome of interpersonal mutual empowerment and collective social action social empowerment. The extent to which community developers are incorporating these dimensions into their interventions via leadership education is explored. The results of the literature review indicate that these interventions fall short of fully utilizing what we know about empowerment and its role in community development..